Saturday, October 31, 2009

Operasi Penertiban

Sekelompok Petugas melakukan operasi penertiban pekerja seks komersial(PSK). Ketika menggaruk di suatu kawasan, petugas harus berdebat dengan seorang PSK.

"Hai, kamu segera naik ke truk itu. Dan, kamu juga," perintah si petugas.

"Lho, saya mau dibawa ke mana Pak," tanya si PSK.

"Kamu akan kami bawa ke kantor dinas sosial," jawab si petugas.

"Kalo, saya sih dibawa ke mana saja oke, Pak, asal tarifnya cocok," tukas si PSK.

Friday, October 30, 2009

Sang Pelupa

Udin baru saja membeli mobil baru. Tiap kali mengendarai mobilnya, ia selalu merasa bahagia dan tidak peduli sekelilingnya. Sore itu, Udin dalam perjalanan pulang dari mal. Tapi, dia merasa ada yang tidak beres. Dia berhenti dan meneliti semua belanjaan. Tak ada yang terlupa.

Sepuluh menit kemudian, Udin dan mobil barunya masuk garasi rumah. Putrinya yang terkecil menyambutnya,"Lho, Pa, mama mana?."

Thursday, October 29, 2009

Sarung Tinju

Pak john membangun sasana tinju. Semua posisi pekerjaan sudah terisi, kecuali bagian sekretaris.

”Gimana ini, kok sampe sekarang belum ada sekretaris yang bisa lolos tes,” kata Pak john kepada Udin.

"Lha,kok bisa gitu Pak," tanya Udin.

Pak John menjawab,"Kata personalia, calon sekretaris rata-rata gagal ketika diminta mengetik dengan komputer."

Udin lalu meminta kertas yang berisi kriteria untuk posisi sekretaris di sasana tinju itu. "Yang pantes Pak, gagal semua, lah syaratnya aja harus mengetik pake sarung tinju."

Tuesday, October 27, 2009

Ruang Bersalin

Di sebuah Rumah Sakit terdengar suara keras orang adu mulut.

"Pak, Pak, kalau ganti baju jangan di sini. Apalagi, copot celana sembarangan,”" kata suster.

"Lho, salah saya apa suster. Siapa yang copot celana di sini. Suster pasti yang ngintip," jawab suara laki-laki.

"Pak, di sini bukan tempat ganti baju," tandas suster.

Si pria tak mau kalah,"Kata siapa, ini bukan tempat ganti baju? Coba suster baca tulisan dipintu, di situ tertulis 'Ruang Bersalin'."

Monday, October 26, 2009

Seratus Perak

Pulang dari kantor, Udin mendapati keponakannya menangis di dekat pos ronda.

"Uang seratus saya hilang Om," kata keponakannya sambil menangis.

Udin merogoh kantongnya, mengambil uang recehan seratus perak, dan memberikannya kepadanya. Tetapi, tangisnya malah lebih keras. "Huuuuuu."

Udin bertanya,"Lho, Om kan sudah ganti, ada apa lagi."

Keponakannya menyahut,"Om, kalau tadi uangnya nggak hilang, saya sudah punya dua ratus Om."

Sunday, October 25, 2009

Hukuman Ringan

Tole menghadiri sidang menarik mengenai pencurian di sebuah mal.

"Sesudah mendengarkan kasusnya, kami menjatuhkan vonis 4 bulan penjara. Ini jauh lebih ringan dari tuntutan," kata Pak Hakim.

"Gimana penuntut umum, ada keberatan."

Hening sejenak. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara.

"Maaf Pak Hakim, saya keberatan."

Hakim menoleh,"Lho, kok Anda yang keberatan."

Seorang pria berdiri,"Begini Pak Hakim, masalahnya, dia itu mengambil barang yang kami diskon sampai 45 persen. Masak hukumannya juga didiskon.”

Saturday, October 24, 2009

Film Untuk Dewasa

Suatu hari Udin meluangkan waktu untuk nonton sebuah film yang dibintangi artis muda, yang cantik dan seksi. Film itu termasuk 17 tahun ke atas. Saat di loket bioskop, di depannya ada anak umur 10 tahun ikut antre.

"Bintangnya idola saya. Saya suka sekali sama dia,” kata si anak itu kepada Udin.

"Tapi, apa kamu tidak tahu dik, ini film untuk 17 tahun ke atas."

Si anak menyahut,"Om, saya tahu, tapi apa filmnya nanti masih diputar sampai tujuh tahun yang akan datang.”

Friday, October 23, 2009

Salah Rekomendasi

Udin yang lagi sakit harus ganti dokter karena tidak sembuh-sembuh.

"Dok, sudah beberapa bulan ini saya sakit, tapi kok nggak sembuh-sembuh," kata Udin kepada dokter Eddy.

"Lha, sebelumnya, Anda periksa dimana," sahut dokter Eddy.

"Ke dokter Joni," jawab Udin.

Dokter Eddy mengangguk-angguk, "Pantes saja, dia itu dokter nggak serius. Waktu kuliah juga asal-asalnya. Kadang rekomendasinya juga salah. Terus, apa nasihat dokter Joni kepada Anda."

Udin menjawab,"Katanya, saya harus konsultasi dengan Anda."

Tuntutan Profesi

Ketika tengah berbincang dengan penjaga stan Real Estate di pameran.

"Apa developer ini menyediakan rumah, yang lokasinya, cukup jauh dari jalan utama dan rumah penduduk lain." kata seorang pengunjung.

Si penjaga stan menjawab,"Biasanya sih, pembeli mencari tempat yang strategis Pak." Namun pria itu menukas,"Saya butuh rumah agak terpencil, karena itu tuntutan profesi baru saya."

Kata si penjaga,"Memang apa profesinya Pak."

Si pria menyahut,"Saya sedang belajar menjadi pemain terompet."

Thursday, October 22, 2009

Sebelum atau Sesudah Makan

Udin dikenal paling doyang makan di kantor. Kalau ada kiriman makanan dari luar, dia pasti berdiri paling depan. Saking getolnya makan, tak heran, badannya tambun, dan lamban bergerak. "Harusnya kamu diet, biar bisa main futsal sama kita-kita," kata Joko.

“Diet ke mana ko. Kalau kamu ada kenalan, antar aku," sahut Udin. Dua hari kemudian, Joko mengantar JUdin ke dokter kenalannya. "Biar diet Anda efektif, Anda hanya boleh makan selada, sepotong roti, jus jeruk, dan tomat," kata dokter.

Udin tersenyum, lalu menjawab,"Maaf Dok, apakah itu semua harus saya makan, sebelum atau sesudah makan.”

Tuesday, October 20, 2009

Rasa Sakit

Dokter baru yang praktik menerima pasien pertama.

"Dok, tolong saya. Kok semua badan saya rasanya sakit, kata Pasien.

"Bagian mana yang sakit Pak," tanya Sang Dokter.

Saat Pasien menyentuh lututnya dengan jari telunjuk, ia menjerit sakit. Lalu, ketika jari telunjuk itu menyentuh pipi, Pasien, lagi-lagi berteriak sakit.

Setelah memeriksa seluruh tubuh, Sang Dokter berkata,”Pak, ternyata, yang sakit itu telunjuk Bapak sepertinya patah.”

Sunday, October 18, 2009

Gunanya Kaki

Udin sudah tak sabar menunggu ayahnya. "Ayah kan bilang, kalau Udin naik kelas 2 SMA, boleh memakai mobil yang ada di garasi," kata Udin kepada ayahnya yang baru pulang kantor.

"Memang kamu mau kemana," tanya ayahnya. Udin langsung menyahut,"Itu Yah, beli minuman di toko di depan perumahan." Ayahnya mengangguk,"din, kamu belum 17 tahun, belum boleh nyetir mobil. Kalau gitu apa gunanya kedua kakimu diciptakan Tuhan."

Udin menimpali,"Ya, ayah, kan sudah jelas, kaki yang satu untuk menginjak rem, dan satunya untuk menginjak gas."

Friday, October 16, 2009

Analogi yang Salah

Pekan lalu, Udin berkesempatan mengikuti pelatihan penelitian sosial. Salah satu yang diajarkan adalah ilmu statistik.

"Saudara-saudara, mohon diingat ya, statistik itu tidak pernah bohong," kata narasumber.

"Contohny gini, kalau 12 orang dapat membangun rumah dalam sehari, maka satu orang bisa membangun rumah yang sama, dalam 12 hari. Saudara-saudara paham."

tiba-tiba Udin mengacungkan jari. "Pak, pak, apa itu berarti, kalau satu perahu dapat mengarungi satu samudera dalam enam hari, maka enam perahu dapat mengarungi samudera dalam sehari."

Wednesday, October 14, 2009

Mimpi Buruk

Udin datang ke psikiater karena selalu terganggu oleh mimpi-mimpi buruk.

"Dokter, saya butuh pertolongan. Tiap malam saya bermimpi, ditelantarkan di sebuah pulau," kata Udin. "Pulau itu dihuni puluhan perempuan cantik dan seksi. Masing-masing punya kelebihan sendiri-sendiri."

Sang Psikiater mengangguk dan tersenyum. “Menurut saya, Anda orang yang beruntung. Lalu apa masalahnya, kan enak."

Udin menyahut,"Tapi dalam mimpi itu, saya sendiri juga menjadi perempuan."

Monday, October 12, 2009

Mesin Timbangan

Suatu hari Udin cuci mata di sebuah mal. Di lantai dasar, ada pameran tunggal mesin timbangan otomatis. "Terima kasih Anda sudah naik di alat timbang kami. Berat Anda 68 kg dan akan ideal jika tinggi Anda 178 cm. Sampai jumpa,” demikian bunyi mesin itu ketika Udin mencobanya.

Banyak sekali yang antre. Tiba-tiba, seorang ibu yang gendut menjajal kecanggihan mesin timbangan. Suara mesin terdengar. "Eit, eit, sabar dong. Jangan berebut, antre satu per satu. Jangan bersamaan begini naiknya." Si ibu dengan muka merah langsung turun.

Saturday, October 10, 2009

Penjaga Gawang

Ini hari pertama Udin jadi konselor di sebuah sekolah dasar. Saat istirahat, dia melihat seorang anak berdiri sendirian di tepi lapangan bola mini sementara teman-temannya asyik berebut bola di tengah lapangan.

"Apakah kamu suka menyendiri. Boleh aku jadi temanmu," kata Udin.

Si anak mengangguk.

"Tapi, kenapa sejak tadi kamu berdiri di sini,” lanjut Udin.

Si anak mendongak," Pak…aku, karena aku ini kan penjaga gawangnya.”

Thursday, October 8, 2009

Nilai Rapor

Sesudah terima rapor semester ini, Udin pulang dengan wajah suntuk. Nilai rapornya tak terbilang bagus.

"He, kamu sudah pulang. Mana rapornya, ayahnya mau liat," kata Ayah Udin.

"Anu Yah, maaf, rapornya dipinjem teman," kata Udin agak gugup.

“Lho, kok bisa, kok dipinjem teman. Itu kan rapormu,” si Ayah mulai emosi. “Enggg, soalnya, temenku itu mau nakut-nakutin orangtuanya Yah.”

DVD Player

Sebuah keluarga prasejahtera terdengar ribut di depan rumah.

"Mas, pokoknya aku mau DVD player. Ini bukan keinginanku, ini buat anak yang aku kandung," teriak si istri. "Bu, kita ini, bukan orang yang punya. Harta kita itu cuman televisi. Ngidam yang lain saja,” sahut suaminya. “Mas, mas, kalau gitu, jual saja televisinya buat beli DVD plyaer. Gitu aja kok repot.”

Wednesday, October 7, 2009

Main Hakim Sendiri

"Stop, stop, ada apa ini," teriak Pak RT. Sambil terengah-terengah, Udin berkata, "Pak RT, dia ini nyolong ponsel saya. Saya menangkap basah Pak, jadi dia harus dihajar, biar kapok."

Pak RT menyahut,"Eh din, kamu nggak boleh main hakim sendiri. Itu melanggar hukum.

"Daripada main hakim sendiri, ayo kita main hakim rame-rame." Sahut Udin

Tuesday, October 6, 2009

Tak Perlu Repot

Udin baru saja menolong seorang pengendera motor gede (moge) yang mengalami kecelakaan tunggal.

"Untung, Anda kecelakaan di depan rumah Dokter Agus. Dia terkenal bisa mengobati luka dengan cepat,” kata Udin. "Sebentar, saya panggilkan Dokter Agus dulu ya."

Tapi si pengendara menukas, "Tidak usah Pak. Tak perlu repot memanggil Dokter Agus, karena saya ini adalah Dokter Agus yang anda maksud.”

Monday, October 5, 2009

Keadaan Darurat

Udin adalah seorang office boy. Ketika sibuk bekerja di lantai 1, bos meneleponnya dari lantai 5. “Din, bawakan berkas di map merah di meja saya. Cepat ya, soalnya darurat, saya membutuhkannya," kata si bos.

Lima belas menit kemudian, Udin muncul di ruang kerja bos. Bajunya basah oleh keringat dan napasnya ngos-ngosan.

"Maaf Pak, maaf Pak," kata Udin terbata-bata.

"Kenapa lama sekali sih, din". kata si bos

Jawab Udin, "Bapak bilang ini kan darurat, tadi sewaktu naik lift, saya baca kalau "Dalam Keadaan Darurat Harap Gunakan Tangga".

Sunday, October 4, 2009

Main Curang

Adi mendekati Om-nya yang membaca koran di teras rumah.

"Om kenapa Om nggak pernah main catur lagi sama Pak Sugeng," tanya adi.

"Oh, itu," sahut Om-nya tanpa menoleh. Adi, kalau kamu main sama orang curang mau nggak. Kalau kita lagi nengok, eh dia, diam-diam memindahkan dua buah catur bersamaan."

Adi menggeleng. "Ya, jelas males, Om."

Si Om menyahut,”Lha itulah di, kenapa Pak Sugeng nggak pernah mau ngajak Om main catur lagi.”

Saturday, October 3, 2009

Inspeksi Proyek

Rombongan Kepala Dinas Pekerjaan Umum melakukan inspeksi terhadap proyeknya. Di dekat perempatan, si kepala dinas memanggil tiga orang pekerja yang melakukan pengecatan jalan raya.

"Berapa yang sudah kamu cat hari ini." kata si kepala dinas. “

"Saya 4 km, Pak," jawab pekerja pertama.

"Saya 3 km Pak,' sahut pekerja kedua.

"Saya, hanya 2 km Pak," tukas pekerja ketiga.

Si kepala dinas mengerutkan kening. "Lho, kamu kan kemarin bisa 5 km, kok sekarang 2 km. Prestasimu turun."

"Maaf Pak, kaleng catnya kan tambah lama tambah jauh. Saya harus bolak-balik ke tempat cat itu," jawabnya.

Friday, October 2, 2009

Bikin Kesal

Udin kelihatan gelisah. Tapi, ia tersenyum ketika sudah di depan petugas pos.

"Mbak, mbak, kalau surat ini saya kirim sekarang apa bisa sampai di Jakarta dalam waktu dua hari," tanyanya. Mbak yang tugas mengangguk.

"Ah, jangan bercanda gitu Mbak. Saya yakin tidak akan bisa," lanjut si lelaki.

"Lho, Anda kok yakin. Ini Pos Express, sehari juga sampai" jawab si Mbak kesal.

"Lah kalau surat itu mau saya alamatkan ke Surabaya kok.

Thursday, October 1, 2009

3 Permintaan

Udin menemani Ucok yang hobi mancing. Saat mereka mancing di sungai ada botol tertutup mendekati mereka. "Apa ya isinya din," kata Ucok .

Udin mengangguk. Botol dibuka, dan keluar asap tebal, yang akhirnya berubah menjadi jin. "Terima kasih telah membebaskan saya. Ajukan tiga permintaan, saya akan mengabulkan." Dalam keterkejutan itu, Ucok berkata, "Saya ingin rupiah kembali jadi anggota DPR. Saya juga mau semua uang hasil korupsi dikembalikan ke rakyat, dan ketiga, saya ingin hukum ditegakkan." Sang jin menggelengkan kepala, dan perlahan kembali masuk ke botol. "Tolong Tuan, tutup lagi botolnya ya."