Sunday, November 29, 2009

Minta Uang

Budi tiba-tiba muncul di depan rumah. Napasnya ngos-ngosan, karena berlari. 

"Om, om, minta uangnya seribu rupiah. Saya mau kasih ke nenek tua di dekat lapangan itu. Kasihan dia," kata Budi.

Udin lalumerogoh saku celana panjangnya. ”Ini uangnya, tapi apa kamu tahu, kalaunenek itu memang pengemis."

Sambil menerima uang Budi menjawab,"Ah, dia kerja kok Om. Nenek itu, kerja jualan permen."

Friday, November 27, 2009

Memendam Rindu

Minggu kemarin Udin kedatangan calon istrinya. Saat bercengkerama di teras rumah, Udin dan calon istrinya, menyaksikan dua ekor sapi yang terikat di pohon di depan rumah, saling menggesek-gesekkan hidung.

Karena lama memendam rindu, Udin berkata dengan nada memancing,"Rasanya, aku ingin juga melakukannya," sambil memandang calon istrinya dengan mesra.

Yang dipandang terlihat tersipu. "Kalau begitu silakan saja, toh sapi-sapi itu milikmu.”

Wednesday, November 25, 2009

Salah Lihat

Seorang pria datang membeli rokok. Tampangnya pas-pasan. Wajahnya kehitaman, terbakar matahari. Mbak yang jaga warung terus memandangi laki-laki itu. 

"Kayak kenal ya," kata si mbak.

Si laki-laki tampak tersipu malu. "Ah, Mbak ini pasti salah lihat. Saya juga baru pertama beli rokok di sini."

Si mbak penjaga warung menyahut,”Mas, maksud saya, mukanya itu lho, kayak kenal-pot.”

Monday, November 23, 2009

Posisi Penyerang

Udin kebagian tugas mewawancari salah satu pemain sepak bola. Saat masuk ruang ganti, dia bertemu sosok yang sepertinya pemain baru.

"Selamat siang, boleh tahu, di tim, posisi Anda sebagai apa," tanya udin.

"Saya selalu di posisi penyerang,” jawabnya.

"Wah, Anda cocok sekali. Postur Anda besar, tegap, dan wajah cukup sangar," sahut Udin.

"Tapi, ngomong-ngomong, Anda penyerang apa ya, penyerang tengah atau depan." lanjut Udin.

Lalu, si pemain iitu menyahut,"Bukan, saya ini penyerang wasit."

Saturday, November 21, 2009

Saksi dan Pengacara

Pada Sebuah persidangan hadir saksi seorang ibu tua. Pengacara dari pihak penggugat mendapat giliran pertama.

"Ibu, apakah ibu tahu saya." Tanya Pengacara.

Si ibu menjawab,"Ya, tahu persis. Sejak kecil kamu suka bohong, suka omong besar, kasihan istrimu."

Si pengacara terkejut lalu bertanya,"Kalau begitu, ibu pasti kenal Pak Asep, pembela terdakwa."

Si ibu menjawab,"Ya, kenal, waktu kecil, ibunya sering menitipkan ke saya. Dia itu pemalas, suka menggoda perempuan."

Rupanya, penuturan saksi ini membuat resah Hakim Ketua. Ia lalu memanggil kedua pengacara untuk mendekat.

Dengan muka pucat hakim Ketua berkata, "Kalau kalian menanyakan, apa ia kenal denganku, kalian akan aku masukkan ke penjara karena menghina pengadilan."

Thursday, November 19, 2009

Uang Mahar

Udin ingin melamar gadis pujaan yang sudah lama dipacarinya. Dengan uang Rp 800.000, Udin nekat datang.

"Berapa uang kamu untuk mahar," tanya orangtua pacar Udin. "Ah, cuman Rp 800.000. Duitmu sedikit. ngga usah datang, kecuali kamu sudah punya duit jutaan."

Namun, seminggu kemudian, Udin datang lagi kerumah calon mertuanya.

"Apa kamu bawa duit jutaan untuk melamar anakku," tanya orangtua pacar udin.

"Sudah Pak, sekarang saya bawa uang setengah juta tiga ratus ribu rupiah." kata Udin.

"Nah gitu dong, sekarang kamu baru boleh melamar putri saya." kata sang calon mertua.

Tuesday, November 17, 2009

Bebas Parkir

Kemarin Udin mampir supermarket. Tiba di toko itu, ia melihat ada tulisan besar ‘BEBAS PARKIR’ Hanya terlihat seorang tua duduk sambil merokok.

Waktu hendak pulang dan menyalakan mobilnya, tiba-tiba si orang tua itu mendekat.

"Mas, uang parkirnya mana." Tentu saja Udin menolak.

"Pak, disinikan bebas parkir, berarti saya nggak perlu bayar dong."

Tapi si orang tua bersikeras. "Memang bebas parkir. Mas bisa parkir di sana, di sini, di depan sana, di kiri, bebas. Tapi, kalu mau pulang tetap harus bayar.”

Sunday, November 15, 2009

Sekedar Pembuktian

Di gardu ronda, malam itu, Budi cerita pengalaman pulang ke rumah.

"Waktu di jalan sana itu, hampir saja aku nginjak kotoran anjing." kata Budi

Udin menjawab,"Syukurlah, untung ga ke injek".

Budi menimpali,"karena Penasaran, lalu kotoran itu aku aku colek, eh lembek. Sedikit aku jilat."

Udin menyahut,"Jorok banget loe"

Budi tak mau kalah,"Eh din, itu hanya untuk pembuktian. Abis aku jilat, aku langsung meloncat. Untung banget, waktu itu, aku nggak nginjak kotoran itu.”

Friday, November 13, 2009

Mencuri Uang

Sore itu, Udin berkunjung ke rumah Asep.

"Saya dengar sejak kemarin kamu berhenti bekerja," tanya udin.

"Iya din, bos saya, menuduh saya mencuri uang perusahaan," jawab Asep singkat.

"Wah, itu keterlaluan. Kamu kan orangnya baik. Harusnya, bos kamu bisa membuktikan kalau kamu ngga mencuri uang itu, papar Udin.

"Sudah din, dan ternyata dia bisa membuktikan." Jawab Asep

Wednesday, November 11, 2009

Anjing Siapa ?

Di sebuah bangku panjang, terlihat seekor anjing berbaring di sebelang orang tua yang tengah duduk membaca koran.

"Apakah anjing bapak galak," tanya pria muda yang dudu di bangku di depan orang tua itu.

"Oh, tentu saja tidak," jawab si orang tua.

Lalu, si pria muda mengulurkan tangan dan mencoba mengelus kepala si anjing. Namun, tiba-tiba, si anjing bergerak dan menggigit tangannya.

"Pak anjing anda ternyata galak juga," teriak si pria muda.

"Mas, yang ini bukan anjing saya. Anjing saya lagi ada di rumah."

Monday, November 9, 2009

Pemuda Mabuk

Seorang pemuda sedang mendorong motor. Ia memegang rokok yang tinggal setengah batang. Ia kelihatan lagi mabuk. 

"Mau beli bensin atau rokok, Mas," tanya si penjaga toko.

"Kamu ini, sudah tahu nanya, hiks, rokok habis, bensin juga habis, tau." sahut pemuda itu.

Si penjaga toko berkata, "Ya sudah, bensinnya diisi berapa."

Pemuda itu menjawab,"Diisi dua bungkus saja, yang satu filter, yang satu kretek."

Saturday, November 7, 2009

Lowongan Kerja Satpam

Udin berniat mencari satpam. Iap un memasang iklan di koran. Seorang laki-laki bertubuh kerempeng datang untuk di interview.

"Saya nyari satpan yang berjiwa budiman, punya rasa curiga, sorot mata tajam, waspada, dan punya pendengaran tajam," kata Udin.

"Saya juga mau satpam yang fisiknya kuat, terlihat garang." lanjut Udin.

Si laki-laki itu menyahut, "Maaf pak, kalau kriterianya seperti itu, mungkin lebih cocok buat istri saya.”

Friday, November 6, 2009

Irit Ongkos

Sehabis pulang dari sekolah. Tiba-tiba, Budi datang terengah-engah.

"Kamu ngapain, kayak orang diuber-uber,” tanya ayahnya.

Si Budi menjawab,"Yah, yah, ternyata aku bisa hemat duit 2000 rupiah. Waktu pulang sekolah tadi, aku lari di samping becak. Ayah tahu kan, ongkos becak dari sekolah sampe rumah itu 2000 rupiah."

Ayah Budi malah membalas,"Bud, Bud, kamu salah. Harusnya kamu lari di samping taksi. Ongkos taksi dari sekolah ke rumah kita 10.000 rupiah.”

Thursday, November 5, 2009

Nama Jalan

Johny, teman Udin dari Inggris, datang berkunjung ke rumah. Dari bandara, Johny secara iseng membaca nama-nama jalan di jakarta.

"Kota kamu ini luar biasa ya. Tadi, sewaktu mau ke rumah kamu, banyak nama jalan. Saya juga baca nama jalan, yang mungkin terpanjang di dunia," tutur johny dengan logat inggrisnya.

Udin tersenyum. "Wah, senang, Anda bisa menilai kota saya. Tapi, saya malah tidak tahu soal jalan itu."

johny menyahut,"Itu, saya lihat di jalan masuk, ada nama Jalan pelan-pelan banyak anak kecil."

Wednesday, November 4, 2009

Cuma Butuh Istirahat

Sudah dua hari Budi sakit. Ia pergi ke dokter yang praktek dekat rumah kontrakannya.

"Saya tidak enak badan dok,” kata Budi saat ditanya keluhannya.

Dokter lalu memeriksanya. "Ah, Anda ini tidak apa-apa. Cuman perlu istirahat satu minggu. Pasti sudah sehat lagi," kata dokter.

Buru-buru Budi menyahut. "Dok, saya tidak bisa istirahat selama itu."

Dokter menjawab,"Kenapa pak? Masalah kantor? Nanti akan saya buatkan surat keterangan."

Budi menukas,"Bukan itu dok. Masalahnya, kontrakan rumah saya tinggal dua hari lagi..!"

Tuesday, November 3, 2009

Rugi Tapi Untung

Seorang wartawan mendapat tugas wawancara dengan pemilik toko elektronik. Hari itu, toko ini barusan dirampok dan kerugian ditaksir ratusan juta.

"Berapa kerugian yang Bapak alami dalam kasus ini," tanya Si wartawan sambil mencatat di notenya.

"Ah, cuman Rp 100 juta saja. Saya beruntung, karena perampokan terjadi hari ini, dan bukan kemarin."

Si wartawan sedikit bingung, "Bapak ini kerampokan kok beruntung."

Si pemilik toko menyahut, "Begini mas, karena pada hari ini, seluruh barang elektronik lagi saya diskon 50 persen.'

Monday, November 2, 2009

Pembeli Adalah Raja

Siang yang terik itu, Udin antre membeli es cendol di dekat rumah. Tinggal dua orang yang dilayani, tiba-tiba seorang pria datang.

"Hei bang, sampeyan kalau jualan yang bener dong. Masak, rasanya nggak manis," teriaknya.

Si tukang cendol tentu saja kaget.

"Maaf, apa memang begitu, nanti saya ganti Mas."

Si pria nggak mau kalah.

"Eh, Abang tahu nggak, pembeli itu raja. Jangan dikecewakan dong."

Si tukang cendol menyahut,"Tahu sih mas, kalau pembeli itu raja, tapi saya belum pernah dengar, ada raja yang membeli cendol."

Sunday, November 1, 2009

Sesuai Prosedur

Seorang polisi sedang sial. Ia didakwa melakukan perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. 

"Apa Saudara menyesal," kata hakim di pengadilan.

"Ya, Pak," jawab polisi tsb. 

"Tapi, ada yang lebih saya sesalkan." Hakim lalu meminta ia bercerita.

"Sebetulnya, tindakan saya sudah sesuai prosedur. Tindakan korban yang saya sesalkan. Saya sudah beri tembakan peringatan, tapi tetap lari. Saat pistol saya arahkan ke kakinya, tiba-tiba dia berhenti lari dan jongkok. Yah, peluru saya nyasar ke kepalanya Pak."